Kateterisasi Urin adalah suatu tindakan invasife memasukan selang kateter kedalam kandung kemih melalui saluran kemih bagian bawah. Infeksi Saluran Kemih merupakan infeksi system tubuh nomor dua setelah infeksi saluran nafas. Infeksi Saluran Kemih adalah keadaan dimana kuman tumbuh dan berkembang biak dalam saluran kemih dengan jumlah yang bermakna (Furqan, 2003).
Pemasangan kateter (kateterisasi) adalah memasukan kateter melalui uretra kedalam kandung kemih pada wanita atau pria untuk mengeluarkan urin. Pemasangan kateter kandung kemih (kateterisasi) mencangkup memasukan selang karet atau plastik melalaui uretra ke dalam kandung kemih (Schaeffer, 2002).
Tujuan Kateterisasi
Tindakan kateterisasi dimaksudkan untuk tujuan diagnosis maupun tujuan therapy. Kateterisasi yang dipasang untuk tujuan diagnostik harus secepatnya dilepas setelah tujuan selesai, sedangkan untuk tujuan therapy tetap dipertahankan.
Tindakan kateterisasi untuk tujuan diagnosis antara lain sebagai berikut :
- Kateterisasi pada orang dewasa untuk memperoleh contoh urin guna pemeriksaan kultur urin.
- Mengukur residu urin (sisa) yang dikerjakan sesaat setelah pasien miksi.
- Memasukan bahan kontras untuk pemeriksaan radiologi antara lain: pemeriksaan sistografi atau pemeriksaan adanya refluk vesiko-ureter melalui pemeriksaan voiding cysto-uretrography (VCUG).
- Pemeriksaan urodinamik untuk menentukan tekanan intra vesika.
- Untuk menilai produksi urin pada saat dan setelah operasi besar dan sebagai gambaran perfusi jaringan.
Tindakan kateterisasi untuk tujuan therapy antara lain sbagai berikut :
- Drainase dari buli-buli pada keadaan obstruksi intra-vesika balik yang disebabkan oleh hyperplasia prostat maupun oleh benda asing (bekuan darah) yang menyumbat uretra.
- Mengeluarkan urin pada disfungsi buli-buli (neurogenik bladder, inkontinensia urin).
- Diversi urin setelah tindakan operasi system urinaria bagian bawah, yaitu pada prostatektomi, vesikolitotomi.
- Sebagai splint setelah operasi rekonstruksi uretra untuk tujuan stabilisasi uretra.
- Pada tindakan kateterisasi bersih mandiri berkala (KBMB).
- Memasukan obat intravesika, antara lain sitostatika atau antiseptik untuk buli-buli.
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam tindakan kateterisasi
- Pemasangan kateter dipasang secara aseptic dengan melakukan disinfeksi secukupnya memakai bahan yang tidak menimbulkan iritasi pada kulit genitalia dan jika perlu diberi profilaksis antibiotika sebelumnya.
- Diusahakan tidak menimbulkan rasa sakit pada pasien.
- Dipakai kateter dengan ukuran terkecil yang masih cukup efektip untuk melakukan drainase urin.
- Jika dibutuhkan pemakaian kateter menetap, diusahakan memakai system tertutup yaitu dengan menghubungkan kateter pada saluran penampung urin (urin bag).
- Kateter menetap dipertahankan sesingkat mungkin sampai dilakukan tindakan definitive terhadap penyebab retensi urin
Prosedur pemasangan kateter
Berikut ini adalah prosedur pemasangan kateter: (Perry and Potter, 2005).
- Tutup tirai dan pintu kamar pasien
- Perawat cuci tangan
- Atur posisi untuk pemasangan kateter
- Letakkan set kateter diantara kedua tungkai bawah pasien dengan jarak min 45 cm perinium pasien
- Perawat memakai hand scoond
- Buka set kateter
- Membuka daerah meatus
- Membersikan daerah meatus dengan kapas sublimat dengan pinset
- Lumasi unjung kateter dengan xylocain jelly
- Masukkan kateter
- Isi balon kateter dengan NaCL sebanyak yang ditentukan menggunakan spuit tanpa jarum
- Tarik kateter perlahan-lahan sampai ada tahanan balon
- Fiksasi kateter menggunakan plester
- Gantung urine bag dengan posisi lebih rendah dari pada vesica urinaria
- Beri posisi yang nyaman pada pasien